Asam
dan basa merupakan suatu parameter lingkungan yang amat vital dalam kehidupan
sehari-hari. Air, tanah, limbah, bahkan zat makanan pun dapat mengandung asam
ataupun basa. Zat-zat tersebut dapat dinyatakan dalam derajat keasaman (pH) dan
derajat kebasaan (pOH). Untuk menganalisa kandungan asam atau basa tersebut,
dapat dilakukan dengan menggunakan metode titrasi asam basa secara cross check, yaitu dengan cara
menggunakan zat basa sebagai titran untuk mencari konsentrasi zat asam dan
begitu juga sebaliknya. Ini dapat dipelajari melalui materi acidi-alkalimetri.
Sebelumnya,
titrasi merupakan suatu penentuan kadar suatu zat secara volumetric dengan
menggunakan larutan lain yang telah diketahui dahulu konsentrasinya. Salah satu
bentuk titrasi adalah acidi-alkalimetri yang berdasarkan pada reaksi
netralisasi antara zat titran dan zat titratnya.
Reaksi
yang terjadi antara asam dan basa : H+
+ OH- à H2O
Acidimetri
sendiri merupakan suatu metode volumetric titimetri untuk menentuakan
konsentrasi suatu basa dalam larutan dengan menggunakan asam yang telah
diketahui konsentrasinya sebagai titraanya.
Sedangkan,
alkalimetri merupakan suatu metode volumetric titimetri untuk menentukan
konsentrasi suatu asam dalam larutan dengan menggunakan basa yang telah
diketahui konsentrasinya sebagai titrannya.
o
Titrasi Karbonat :
Natrium hidroksida lazim tercemar dengan natrium karbonat,
yang deisebabkan karena NAOH dapat menyerap CO2 yang ada dalam udara
dan menyebabkan reaksi sebgai berikut :
CO2 + 2OH- à CO32- +
H2O
Namun seringkali natrium karbonat dan natrium
bikarbonat terdapat bersama-sama, dan untuk menganalisis campuran senyawa ini
degan titrasi dengan menggunakan asam standar.
o
Proses titrasi karbonat :
Ion karbonat dititrasi dengan menggunakan asam kuat sebagai
titrannya, reaksi yang terjadi :
CO3- + H3O+ ↔ HCO3+ + H2O
……………………. 1
HCO3-
+ H3O+ ↔ H2CO3 + H2O
……………………. 2
Ka1 =
4.6 x 10-7 à
pKa = 6.34
Ka2
= 4.4 x 10-11 à
pKa = 10.36
PP
digunakan sebagai indicator untuk reaksi yang pertama (TAT pertama) dan MO
digunakan sebagai indicator untuk reaksi yang kedua (TAT kedua)
o
Hubungan Volume dalam Titrasi Karbonat
Dalam suatu larutan zat NaOH, Na2CO3,
maupun NaHCO3 keberadaannya dapat sebagai zat tunggal. Namun,
seringkali terdapat bersama-sama, misalnya NaOH tercampur dengan Na2CO3
atau NaHCO3 dan Na2CO3 terdapat bersama-sama. Hal
ini dapat teridenifikasi setelah senyawa tersebut dititrasi dengan menggunakan
HCl.
Tabel Identifikasi Campuran Bikarbonat
Zat
|
Hubungan untuk identifikasi
kualitatif
|
Milimol zat yang ada
|
NaOH
|
y=0
|
M x x
|
Na2CO3
|
x=y
|
M x x
|
NaHCO3
|
x=0
|
M x y
|
NaOH + Na2CO3
|
x>y
|
M x (x-y)
|
NaHCO3 + Na2CO3
|
x<y
|
M x (y-x)
|
Keterangan :
M= molaritas
X= volume yang dibutuhkan untuk
mencapai TAT I
Menggunakan indicator PP
Y = volume yang dibutuhkan untuk
mencapai TAT II
Menggunakan indicator MO
o
Indicator
Indicator merupakan suatu zat yang digunakan untuk menentukan
kapan TAT (titik akhit titrasi) tercapai dengan indikasi perubahan warna.
Pada saat TAT tercapai, maka jumlah mol equivalen zat yang
dititrasi akan sama dengan jumlah mol equivalen zat titran.
Indikator yang biasanya digunakan dalam titrasi
acidi-alkalimetri adalah :
1. PP
(Phenolphtalein)
Merupakan asam dipotrik
tak berwarna, dengan trayek pH 8-9.6
2. MO
(Methyl Orange)
Merupakan suatu basa yang
berwarna kuning dalam bentuk molekulnya, dengan trayek pH 3.1-4.4
No comments:
Post a Comment