Thursday, March 29, 2012

Acidimetri Alkalimetri


Asam dan basa merupakan suatu parameter lingkungan yang amat vital dalam kehidupan sehari-hari. Air, tanah, limbah, bahkan zat makanan pun dapat mengandung asam ataupun basa. Zat-zat tersebut dapat dinyatakan dalam derajat keasaman (pH) dan derajat kebasaan (pOH). Untuk menganalisa kandungan asam atau basa tersebut, dapat dilakukan dengan menggunakan metode titrasi asam basa secara cross check, yaitu dengan cara menggunakan zat basa sebagai titran untuk mencari konsentrasi zat asam dan begitu juga sebaliknya. Ini dapat dipelajari melalui materi acidi-alkalimetri.
Sebelumnya, titrasi merupakan suatu penentuan kadar suatu zat secara volumetric dengan menggunakan larutan lain yang telah diketahui dahulu konsentrasinya. Salah satu bentuk titrasi adalah acidi-alkalimetri yang berdasarkan pada reaksi netralisasi antara zat titran dan zat titratnya.


Reaksi yang terjadi antara asam dan basa :  H+ + OH- à  H2O
Acidimetri sendiri merupakan suatu metode volumetric titimetri untuk menentuakan konsentrasi suatu basa dalam larutan dengan menggunakan asam yang telah diketahui konsentrasinya sebagai titraanya.
Sedangkan, alkalimetri merupakan suatu metode volumetric titimetri untuk menentukan konsentrasi suatu asam dalam larutan dengan menggunakan basa yang telah diketahui konsentrasinya sebagai titrannya.
o   Titrasi Karbonat :
Natrium hidroksida lazim tercemar dengan natrium karbonat, yang deisebabkan karena NAOH dapat menyerap CO2 yang ada dalam udara dan menyebabkan reaksi sebgai berikut :
CO2 + 2OH- à CO32- + H2O
Namun seringkali natrium karbonat dan natrium bikarbonat terdapat bersama-sama, dan untuk menganalisis campuran senyawa ini degan titrasi dengan menggunakan asam standar.
o   Proses titrasi karbonat :
Ion karbonat dititrasi dengan menggunakan asam kuat sebagai titrannya, reaksi yang terjadi :
CO­3- + H3O+    ↔ HCO3+ + H2O ……………………. 1
        HCO3- + H3O+ ↔ H2CO3 + H2O ……………………. 2
        Ka1 = 4.6 x 10-7    à pKa = 6.34
        Ka2 = 4.4 x 10-11 à pKa = 10.36
  PP digunakan sebagai indicator untuk reaksi yang pertama (TAT pertama) dan MO digunakan sebagai indicator untuk reaksi yang kedua (TAT kedua)
o   Hubungan Volume dalam Titrasi Karbonat
Dalam suatu larutan zat NaOH, Na2CO3, maupun NaHCO3 keberadaannya dapat sebagai zat tunggal. Namun, seringkali terdapat bersama-sama, misalnya NaOH tercampur dengan Na2CO3 atau NaHCO3 dan Na2CO3 terdapat bersama-sama. Hal ini dapat teridenifikasi setelah senyawa tersebut dititrasi dengan menggunakan HCl.

Tabel Identifikasi Campuran Bikarbonat
Zat
Hubungan untuk identifikasi kualitatif
Milimol zat yang ada
NaOH
y=0
M x x
Na2CO3
x=y
M x x
NaHCO3
x=0
M x y
NaOH + Na2CO3
x>y
M x (x-y)
NaHCO3 + Na2CO3
x<y
M x (y-x)
                Keterangan :
                M= molaritas
                X= volume yang dibutuhkan untuk mencapai TAT I
                Menggunakan indicator PP
                Y = volume yang dibutuhkan untuk mencapai TAT II
                Menggunakan indicator MO
o   Indicator
Indicator merupakan suatu zat yang digunakan untuk menentukan kapan TAT (titik akhit titrasi) tercapai dengan indikasi perubahan warna.
Pada saat TAT tercapai, maka jumlah mol equivalen zat yang dititrasi akan sama dengan jumlah mol equivalen zat titran.
Indikator yang biasanya digunakan dalam titrasi acidi-alkalimetri adalah :
1.       PP (Phenolphtalein)
Merupakan asam dipotrik tak berwarna, dengan trayek pH 8-9.6
2.       MO (Methyl Orange)
Merupakan suatu basa yang berwarna kuning dalam bentuk molekulnya, dengan trayek pH 3.1-4.4


No comments:

Post a Comment